Senin, 20 Juli 2009

SEJARAH SINGKAT SATUAN

BATALYON INFANTERI 515/UGRA TAPA YUDHAPENDAHULUAN1. Umum.a. Sejarah Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha merupakan salah satu sarana yang efektif dalam rangka pembinaan semangat juang prajurit Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha dan pengembangan organisasi, strategi dan taktik perang melalui pengalaman Militer, pengetahuan militer, doktrin, nilai-nilai 45 dan nilai-nilai TNI.b. Agar sejarah Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha tetap terpelihara dengan baik perlu disusun secara terarah dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan sejarah yang baik di lingkungan Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha.2. Maksud dan Tujuan.a. Maksud. Buku sejarah singkat ini dibuat sebagai pedoman dalam memelihara sejarah satuan.b. Tujuan. Agar sejarah Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha tidak hilang dan tetap tertanam dalam diri setiap prajurit Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha.3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.a. Ruang lingkup. Buku sejarah ini meliputi sejarah pertama didirikannya Batalyon, operasi penugasan, nama-nama pejabat Danyonif dan nama-nama personel Yonif 515/9 Kostrad yang gugur di daerah operasi.b. Tata Urut. Disusun Sebagai berikut :1) Pendahuluan.2) Perkembangan lahirnya Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha.3) Lokasi Batalyon Infanteri 515/Ugra Tapa Yudha.4) Operasi penugasan.5) Nama-nama pejabat Danyonif 515/Ugra Tapa Yudha.6) Nama-nama Pers Yonif 515/9/2 Kostrad yang guigur di daerah operasi.7) Penutup.PERKEMBANGAN LAHIRNYA BATALYON INFANTERI 515/UGRA TAPA YUDHA4. Sebelum Perang Kemerdekaana. Gema Proklamasi 17 Agustus 1945 menggema diseluruh Tanah Air, kelihatan kesibukan para pemuda Indonesia dalam menyusun potensi nasional.b. Tanggal 22 Agustus 1945, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan ketentuan tentang pembentukan Badan Keamanan Rakyat atau ( BKR ), kemudian pada tanggal 29 Agustus 1945, terbentuklah Badan Keamanan Rakyat, yang anggotanya terdiri atas : Peta, Keigun, Pemuda Pelajar dan Pemuda Pejuang dibawah pimpinan Letkol Soedarsono.c. Tanggal 5 Oktober 1945 BKR yang berkedudukan di Probolinggo berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau ( TKR ). Selanjutnya TKR yang berkedudukan di Probolinggo berganti nama menjadi Yon 4/TKR Resimen II Divisi 8 kekuatan 4 Kompi, dipimpin oleh Komandan Batalyon Mayor H. Katamsi, sedangkan Letkol Soedarsono menjadi Komandan Resimen II.d. Demi mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dalam perkembangannya, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia atau ( TRI ). Akhirnya TRI pun berubah lagi namanya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedangkan Komandan Batalyon 4 Mayor H. Katamsi diganti oleh Mayor Sunaryo.e. Tanggal 10 Oktober 1946 Batalyon 4 diubah namanya menjadi Batalyon 138/Macan Kumbang Divisi 8, dengan Komandan Batalyon Kapten Abdul Syarif.f. Dalam rangka mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Batalyon 138/Macan Kumbang mengirimkan Pasukan ke Front Trawas, Prigen, Surabaya, Wonocolo, Pagerwojo dan Prangsang Tombak untuk merebut kembali kota Surabaya yang telah diduduki Belanda.5. Perang Kemerdekaan I.a. Situasi seluruh Tanah Air setelah Proklamasi Kemerdekaan belum tenang, sehingga Yon 138/Macan Kumbang selalu mengadakan taktik-taktik gerilya untuk mempertahankan kota Probolinggo secara mati matian dari serangan Belanda.b. Walaupun putra-putra Yon 138/Macan Kumbang, telah mengadakan perlawanan secara gigih dan mati-matian tetapi kota Probolinggo tidak dapat di pertahankan, dan jatuh ketangan Belanda pada tanggal 12 Juli 1947.c. Setelah kota Probolinggo jatuh ke tangan Belanda Yon 138/Macan Kumbang meninggalkan kota tersebut dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan dengan menggunakan taktik-taktik gerilya didaerah : Pelas, Sukopuro, Gending, Kraksan, Paiton dan Wonoasih sebagai basis gerakan.d. Semboyan 138/Macan Kumbang pada waktu itu adalah “ RAWE RAWE RANTAS, MALANG MALANG PUTUNG ” dan “ PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI “ yang artinya serangan–serangan Yon 138/Macan Kumbang silih berganti datangnya, sehingga pasukan Belanda menjadi kacau balao, tetapi sebaliknya tidak sedikit putra-putra Yon 138/Macan Kumbang yang gugur sebagai kusuma bangsa demi mempertahankan keutuhan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kemudian dimakamkan di Probolinggo (sekarang menjadi TMP Probolinggo).6. Perjanjian Renfile. Bulan Pebruari 1948 gerilya-gerilya TNI menghancurkan kota Probolinggo, sehingga Yon 138/ Macan Kumbang dengan kebesaran jiwanya meninggalkan kota Probolinggo menuju Ampel Gading, Petung Ombo dan Malang dengan kekuatan Personel 1 Kompi dibawah Pimpinan Kapten Abdul Syarif.7. Perang Kemerdekaan II.a. Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melanggar perjanjian Renfile dengan cara mengadakan serangan besar-besaran di daerah-daerah penyangga yang di kenal dengan sebutan Stuten.b. Tangal 21 Desember 1948, dengan kekuatan yang ada Yon 138/Macan Kumbang dibawah pimpinan Kapten Abdul Syarif segera bergerak kembali dari daerah hijrahnya untuk menyusup ke kota Probolinggo guna mengadakan serangan balasan. Namun Yon 138/Macan Kumbang dinyatakan bubar. Kemudian di bentuklah KMB dibawah pimpinan Kapten Abdul Syarif melalui perjuangan diplomasi dan ditanda tangani Statment Roem Royen serta diterimanya perjanjian KMB atas perintah Komandan Brigade 4 Divisi 1 semua tenaga bersenjata yang berada di Probolinggo disusun menjadi 1 batalyon dengan kekuatan 4 Kompi.c. Tanggal 12 Desember 1949 diresmikan batalyon tersebut menjadi Batalyon 105/Macan Kumbang dengan Komandan Batalyon Infanteri Kapten Abdul Syarif. Penyerahan kedaulatan terjadi pada tanggal 27 Desember 1949, bersama dengan itu Batalyon 105/Macan Kumbang diubah namanya menjadi Batalyon 134, dan akhirnya menjadi Batalyon 515 dimana HUT berpedoman pada akhir jadinya Yon 105, yaitu pada tanggal 12 Desember 1949. Adapun lambang Batalyon “ UGRA TAPA YUDHA ”, yang melambangkan waspada dalam pertempuran dan berani dalam kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas partisipasinya.